Makamnya Si Baroar, leluhur marga Nasution di
Panyabungan. (Basyaral Hamidy Harahap & Hotman M. Siahaan,
Orientasi Nilai-Nilai Budaya Batak: Suatu Pendekatan Terhadap Perilaku
Batak Toba dan Angkola-Mandailing, Sanggar Willem Iskander, Jakarta,
1987)
Sebagai orang yang menyandang marga “Nasution”, saya penasaran dengan
asal usul marga itu. Apa dari seseorang yang bernama Nasution atau
singkatan dari nama seseorang di zaman dulunya, atau dari nama sebuah
kampung yang didiami oleh nenek moyang saya dulu. Demikian
pertanyaan-pertanyaan yang selalu menghantui pikiran saya. Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan saya itu, saya rajin mempertanyakan asal
marga Nasution itu pada bapak saya, opung saya, hingga ibu saya yang
bermarga Lubis itu.
Jawaban yang saya terima dari orang-orang yang saya hormati dan sayangi itu hampir sama. Kata mereka, marga Nasution itu berasal dari seorang sakti yang datang ke kampung nenek moyang saya dulu. Oleh orang-orang kampung, orang sakti itu kemudian dijuluki dengan nama “Nasaktion” artinya orang yang sakti. Seiring dengan berjalannya waktu, nama “Nasaktion” tersebut pun berubah menjadi “Nasution” (barangkali dipelesetkan biar lebih mudah dalam penyebutan). Mendengar jawaban dari ibu, bapak, dan opung saya itu, sambil tertawa saya pun langsung berujar, “Wah, hebat, ternyata kita keturunan orang yang sakti ya”. Namun, jawaban ini tak memuaskan rasa ingin tahu saya, karena tak bisa dibuktikan secara ilmiah.
Akhirnya, ketika
googling di internet, saya temukan dalam sebuah buku, judulnya “SI BAROAR - ASAL MULA MARGA NASUTION”, yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan. Buku ini terbit tahun 1976, jumlah halamannya cuma 33, yang disusun oleh Mohd. Saleh Nasution. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa marga “Nasution” itu berasal dari keturunan Si Baroar yang dikenal sebagai raja yang sakti di daerah Mandailing, Tapanuli Selatan. “Yang sakti itu” dalam istilah Mandailing disebut “Nasaktion”.
Sumber lain menyebutkan bahwa Si Baroar itu adalah putera dari Raja Iskandar Muda dari Pagar Ruyong (pusat dari kerajaan Minangkabau kuno), yang pada gilirannya adalah cucu dari Sultan Iskandar. Kelahiran Si Baroar pun cukup unik. Dalam perjalanan menjelajahi Pulau Sumatra, Iskandar Muda bertemu dan sampai berhubungan dengan seorang gadis bunian. Dari hubungan tersebut lahirlah seorang anak laki-laki. Anak tersebut kemudian ditemukan oleh Sutan Pulungan, raja dari Huta Bargot di Mandailing Godang, di tengah hutan saat sedang berburu. Kemudian anak itu dipungut oleh Sutan Pulungan dan diberi nama Baroar.
Kisah Si Baroar merupakan cerita rakyat yang masih hidup sampai sekarang, terutama di tengah-tengah masyarakat di tanah Mandailing, dan cerita itu cukup menarik perhatian. Versi yang banyak beredar dan sering diceritakan oleh orang-orang tua, terutama turunan marga Nasution, adalah Si Baroar dikatakan sebagai anak orang “Yang Sakti”. Itulah sebabnya kenapa Si Baroar tadi dijuluki sebagai “Nasaktion”. Jadi, tak heran pula kenapa jawaban bapak, ibu, dan opung saya itu punya kesamaan, karena sumber ceritanya juga sama, dari cerita rakyat yang mereka dapatkan dari bapak, opung, dan ibu mereka dulu secara turun temurun hingga sampai ke telinga saya. Dan niscaya, saya juga akan menyampaikan cerita itu kepada anak dan cucu saya kelak, demikian seterusnya.
Jawaban yang saya terima dari orang-orang yang saya hormati dan sayangi itu hampir sama. Kata mereka, marga Nasution itu berasal dari seorang sakti yang datang ke kampung nenek moyang saya dulu. Oleh orang-orang kampung, orang sakti itu kemudian dijuluki dengan nama “Nasaktion” artinya orang yang sakti. Seiring dengan berjalannya waktu, nama “Nasaktion” tersebut pun berubah menjadi “Nasution” (barangkali dipelesetkan biar lebih mudah dalam penyebutan). Mendengar jawaban dari ibu, bapak, dan opung saya itu, sambil tertawa saya pun langsung berujar, “Wah, hebat, ternyata kita keturunan orang yang sakti ya”. Namun, jawaban ini tak memuaskan rasa ingin tahu saya, karena tak bisa dibuktikan secara ilmiah.
Akhirnya, ketika
googling di internet, saya temukan dalam sebuah buku, judulnya “SI BAROAR - ASAL MULA MARGA NASUTION”, yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan. Buku ini terbit tahun 1976, jumlah halamannya cuma 33, yang disusun oleh Mohd. Saleh Nasution. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa marga “Nasution” itu berasal dari keturunan Si Baroar yang dikenal sebagai raja yang sakti di daerah Mandailing, Tapanuli Selatan. “Yang sakti itu” dalam istilah Mandailing disebut “Nasaktion”.
Sumber lain menyebutkan bahwa Si Baroar itu adalah putera dari Raja Iskandar Muda dari Pagar Ruyong (pusat dari kerajaan Minangkabau kuno), yang pada gilirannya adalah cucu dari Sultan Iskandar. Kelahiran Si Baroar pun cukup unik. Dalam perjalanan menjelajahi Pulau Sumatra, Iskandar Muda bertemu dan sampai berhubungan dengan seorang gadis bunian. Dari hubungan tersebut lahirlah seorang anak laki-laki. Anak tersebut kemudian ditemukan oleh Sutan Pulungan, raja dari Huta Bargot di Mandailing Godang, di tengah hutan saat sedang berburu. Kemudian anak itu dipungut oleh Sutan Pulungan dan diberi nama Baroar.
Kisah Si Baroar merupakan cerita rakyat yang masih hidup sampai sekarang, terutama di tengah-tengah masyarakat di tanah Mandailing, dan cerita itu cukup menarik perhatian. Versi yang banyak beredar dan sering diceritakan oleh orang-orang tua, terutama turunan marga Nasution, adalah Si Baroar dikatakan sebagai anak orang “Yang Sakti”. Itulah sebabnya kenapa Si Baroar tadi dijuluki sebagai “Nasaktion”. Jadi, tak heran pula kenapa jawaban bapak, ibu, dan opung saya itu punya kesamaan, karena sumber ceritanya juga sama, dari cerita rakyat yang mereka dapatkan dari bapak, opung, dan ibu mereka dulu secara turun temurun hingga sampai ke telinga saya. Dan niscaya, saya juga akan menyampaikan cerita itu kepada anak dan cucu saya kelak, demikian seterusnya.
No comments:
Post a Comment
kalau mau komentar yang sopan dan enak di baca ya Cuy
Terimakasih atas komentarnya.. ... ... ..